Senyum, Sapa, dan Salam Modal Pembentukan Karakter.
MEMBANGUN
masa depan anak yang berkualitas dan berkarakter tidaklah semudah membalikkan
telapak tangan. Menanamkan nilai-nilai kebajikan, kesopanan, dan saling
menghormati harus dilakukan sejak dini. Usia 0-6 tahun merupakan masa emas
anak. Pada rentang usia itu anak diibaratkan sebagai sebuah spons, mereka akan
menyerap dan meniru apa yang dilihat, didengar, serta dirasakan dari lingkungan
sekitar.
Senyum,
sapa, dan salam menjadi hal sederhana yang perlu dibiasakan. Di balik itu,
terkandung nilai-nilai saling menghormati, saling menghargai, dan saling
mencintai antarsesama. Pembiasaan rutinitas sederhana yang memberikan teladan
kepada anak harus ditunjukkan. Budaya senyum, sapa, salam, dan ramah kita
laksanakan setiap hari, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra, baik dari
para guru, orang tua, maupun masyarakat sekitar, guna menumbuhkembangkan
karakter anak. Sopan santun merupakan kewajiban yang harus ditanamkan sejak
dini.
Menjabat
dan mencium tangan guru ketika masuk dan seusai bersekolah masih menjadi
tradisi di banyak sekolah. Itu sebagai bukti kesopanan dan menghormati orang
tua. Pembiasaan bersalaman antarteman di sekolah juga dapat menumbuhkan rasa
kebersamaan dan menguatkan pertemanan mereka.
Sejak
beberapa tahun lalu pemerintah menggenjot pendidikan karakter. Salah satu
alasannya adalah karena mulai terkikisnya nilai-nilai moral di masyarakat,
termasuk di lingkungan pendidikan. Karena itu, kejujuran harus dibiasakan dari
lingkungan keluarga dan sekolah.
Usia
dini merupakan masa bagi anak-anak untuk bermain dan mulai mengenal lingkungan
sekitar. Karena itu, perlu didesain konsep belajar yang berbasis permainan,
sehingga anak merasa nyaman ketika menimba ilmu di sekolah. Selain itu,
dibutuhkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, serta
menyenangkan.