Minggu, 20 April 2014

3 S

Senyum, Sapa, dan Salam Modal Pembentukan Karakter.

MEMBANGUN masa depan anak yang berkualitas dan berkarakter tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Menanamkan nilai-nilai kebajikan, kesopanan, dan saling menghormati harus dilakukan sejak dini. Usia 0-6 tahun merupakan masa emas anak. Pada rentang usia itu anak diibaratkan sebagai sebuah spons, mereka akan menyerap dan meniru apa yang dilihat, didengar, serta dirasakan dari lingkungan sekitar.

Senyum, sapa, dan salam menjadi hal sederhana yang perlu dibiasakan. Di balik itu, terkandung nilai-nilai saling menghormati, saling menghargai, dan saling mencintai antarsesama. Pembiasaan rutinitas sederhana yang memberikan teladan kepada anak harus ditunjukkan. Budaya senyum, sapa, salam, dan ramah kita laksanakan setiap hari, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra, baik dari para guru, orang tua, maupun masyarakat sekitar, guna menumbuhkembangkan karakter anak. Sopan santun merupakan kewajiban yang harus ditanamkan sejak dini.

Menjabat dan mencium tangan guru ketika masuk dan seusai bersekolah masih menjadi tradisi di banyak sekolah. Itu sebagai bukti kesopanan dan menghormati orang tua. Pembiasaan bersalaman antarteman di sekolah juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan menguatkan pertemanan mereka.

Sejak beberapa tahun lalu pemerintah menggenjot pendidikan karakter. Salah satu alasannya adalah karena mulai terkikisnya nilai-nilai moral di masyarakat, termasuk di lingkungan pendidikan. Karena itu, kejujuran harus dibiasakan dari lingkungan keluarga dan sekolah.


Usia dini merupakan masa bagi anak-anak untuk bermain dan mulai mengenal lingkungan sekitar. Karena itu, perlu didesain konsep belajar yang berbasis permainan, sehingga anak merasa nyaman ketika menimba ilmu di sekolah. Selain itu, dibutuhkan metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, serta menyenangkan.